Penghuni kamar 1808 di Hotel JW Marriott, yang diduga pelaku bom bunuh diri, sudah dua hari menginap di hotel mewah itu. Sebelum ledakan yang menewaskan sembilan orang itu terjadi pada Jumat, 17 Juli lalu, ternyata mereka memasang tanda 'Do Not Disturb' di pintu kamar selama sehari penuh.
"Dia pasang Do Not Disturb sign selama sehari semalam," kata seorang sumber VIVAnews dalam perbincangan di Jakarta, Selasa, 21 Juli 2009.
Si penghuni kamar yang disebut-sebut bernama Nur Hasbi alias Nursahid itu sudah memesan kamar sejak 15 Juli. Diduga kuat, pelaku merakit bom dan merencanakan aksi terakhirnya di dalam kamar di lantai 18 ini.
Dugaan itu juga diperkuat dengan pernyataan Kepala Polri, Jenderal Bambang Hendarso Danuri. "Peledakan bom menggunakan bom yang sama, dibawa dari Marriot dari kamar 1808," kata Bambang Hendarso Danuri di lokasi kejadian, Jumat 17 Juli 2009 malam. Bom disimpan dulu di situ.
Tanda kamar bertuliskan 'Do Not Disturb' itu biasanya digunakan penghuni kamar agar tidak mendapat gangguan dari luar. Sekalipun itu dari pelayanan kamar hotel.
Tanda 'Jangan Diganggu' itu biasanya diletakkan di bagian pegangan pintu kamar. "Ya, mungkin supaya tidak diganggu pas mereka merakit bom. Tapi itu baru mungkin,' ujar dia. Bom bunuh diri itu menewaskan sembilan orang dan melukai 53 lainnya.
Kepala Polri, Jenderal Bambang Hendarso Danuri, malam setelah peledakan. Menurut Bambang, menegaskan pelaku sudah dua hari menginap dari tanggal 15 sampai 17 Juli. Dan saat ledakan terjadi, rencananya para pelaku akan check out dari JW Marriott.
Pada saat bom meledak, Jumat, 17 Juli lalu, di Hotel JW Marriott tengah berlangsung breakfast meeting yang digelar CastleAsia. Perusahaan konsultan terkemuka ini banyak disewa perusahaan multinasional di sektor pertambangan, minyak, dan keuangan.
Di hotel itu juga tengah berlangsung seminar internasional soal tindak kejahatan pencucian uang yang digelar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan diikuti peserta dari 15 negara.
"Dia pasang Do Not Disturb sign selama sehari semalam," kata seorang sumber VIVAnews dalam perbincangan di Jakarta, Selasa, 21 Juli 2009.
Si penghuni kamar yang disebut-sebut bernama Nur Hasbi alias Nursahid itu sudah memesan kamar sejak 15 Juli. Diduga kuat, pelaku merakit bom dan merencanakan aksi terakhirnya di dalam kamar di lantai 18 ini.
Dugaan itu juga diperkuat dengan pernyataan Kepala Polri, Jenderal Bambang Hendarso Danuri. "Peledakan bom menggunakan bom yang sama, dibawa dari Marriot dari kamar 1808," kata Bambang Hendarso Danuri di lokasi kejadian, Jumat 17 Juli 2009 malam. Bom disimpan dulu di situ.
Tanda kamar bertuliskan 'Do Not Disturb' itu biasanya digunakan penghuni kamar agar tidak mendapat gangguan dari luar. Sekalipun itu dari pelayanan kamar hotel.
Tanda 'Jangan Diganggu' itu biasanya diletakkan di bagian pegangan pintu kamar. "Ya, mungkin supaya tidak diganggu pas mereka merakit bom. Tapi itu baru mungkin,' ujar dia. Bom bunuh diri itu menewaskan sembilan orang dan melukai 53 lainnya.
Kepala Polri, Jenderal Bambang Hendarso Danuri, malam setelah peledakan. Menurut Bambang, menegaskan pelaku sudah dua hari menginap dari tanggal 15 sampai 17 Juli. Dan saat ledakan terjadi, rencananya para pelaku akan check out dari JW Marriott.
Pada saat bom meledak, Jumat, 17 Juli lalu, di Hotel JW Marriott tengah berlangsung breakfast meeting yang digelar CastleAsia. Perusahaan konsultan terkemuka ini banyak disewa perusahaan multinasional di sektor pertambangan, minyak, dan keuangan.
Di hotel itu juga tengah berlangsung seminar internasional soal tindak kejahatan pencucian uang yang digelar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan diikuti peserta dari 15 negara.