1: 2: 3: 4: 5: 6: 7: 8:
Custom Search

12 October 2009

Jangan Ganggu Penguatan Rupiah

Ekonom Bank BNI Ryan Kiryanto mengatakan, penguatan rupiah yang tajam terhadap dollar AS saat ini tidak perlu diganggu karena akan mendorong peningkatan surplus neraca perdagangan.
"Terkait apresiasi rupiah yang tajam terhadap dollar AS sebenarnya jangan terlalu dipersoalkan karena secara neto memberikan manfaat untuk neraca perdagangan di mana importer akan lebih agresif membeli bahan baku impor sementara ekspor bisa digenjot lebih besar lagi sehingga dapat menaikkan surplus neraca perdagangan," katanya seperti dikutip Antara di Jakarta, Minggu (11/10).
Menurut dia, penguatan rupiah yang terus berlanjut saat ini terjadi secara alami, sehingga gangguan penguatan rupiah justru tidak diharapkan oleh para pelaku pasar. "Yang penting apresiasi rupiah terjadi secara alamiah dan bukan ’by design’ (dibuat) kru intervensi otoritas moneter. Kalau memang rupiah berpotensi menuju level Rp 9.000 per dollar AS, berarti memang rupiah diapresiasi dengan baik oleh pelaku pasar karena kinerja perekonomian yang baik," katanya.
Menurut dia, otoritas moneter yaitu Bank Indonesia sebaiknya tetap fokus pada usaha untuk mengurangi gejolak dan fluktuasi nilai tukar rupiah agar tidak terlalu tajam.   "Yang jelas ada saatnya rupiah menguat dan ada saatnya melemah, semuanya karena mekanisme pasar yang bekerja. Yang penting volatilitas dan fluktuasinya jangan terlalu tajam saja," katanya
Rupiah terus mengalami penguatan, setelah sebelumnya berada di level Rp 10.000, sempat berada di kisaran Rp 9.300 per dollar AS. Penguatan nilai tukar juga dialami oleh berbagai negara seiring dengan usaha pemulihan yang dilakukan oleh AS.
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pelemahan dollar AS terhadap mata uang lokal termasuk rupiah perlu diwaspadai. Menurutnya, pelemahan mata uang Negeri Paman Sam tersebut berpotensi mempengaruhi ekspor dan impor Indonesia.

"Karena tren pelemahan dollar, maka perekonomian kita harus lebih waspada dengan fenomena ini," ujar Menkeu, di gedung Depkeu, Jakarta, Jumat pekan lalu.
Pelemahan dollar AS terjadi setelah pertemuan G20 yang mengatakan secara policy seharusnya dollar AS melemah dengan kondisi Amerika yang belum baik. Namun, Menkeu menjelaskan, pelemahan dollar ini bisa berakibat melemahkan ekspor Indonesia.  "Recovery ekspor menjadi tidak terlalu cepat karena ekspor kan menggunakan dollar. Kemudian memang dollar melemah dalam rangka untuk mengkoreksi AS sendiri. Artinya AS tidak akan mengimpor terlalu banyak," terangnya.

 
©  free template by Blogspot tutorial