Harga minyak mentah setahap demi setahap kembali merangkak naik mendekati US$69 per barel di tengah melemahnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS).
Dalam transaksi elektronik di bursa NYMEX New York, Rabu siang 24 Juni 2009 waktu Singapura, harga minyak light sweet untuk kontrak Agustus, setelah naik cukup signifikan, turun 61 sen menjadi US$68,63 per barel.
Padahal, pada awal pekan ini harga sempat jatuh di bawah US$67/barel. Sedangkan harga minyak Brent di bursa ICE London turun 62 sen menjadi US$68,18 per barel.
Awal bulan ini, harga minyak sempat mendekati US$73 per barel, harga tertinggi dalam delapan bulan terakhir, sebelum akhirnya menurun di bawah US$70. Menurut pengamat, pergerakan harga lebih disebabkan mengikuti naik turunnya kurs dolar di tengah minimnya tingkat permintaan minyak mentah.
Itulah sebabnya para investor juga mengawasi nilai tukar dolar AS dan membeliminyak mentah sebagai proteksi terhadap kemungkinan inflasi.
"Minyak mentah mengikuti dolar," kata Jonathan Kornafel, direktur market-maker Hudson Capital Energy untuk Asia di Singapura. "Saat ini, minyak mentah banyak dibeli sebagai tindakan hedging terhadap inflasi."
Reli dalam tiga bulan terakhir membawa minyak mentah dari harga di bawah US$ 35 per barel pada Maret lalu. Namun bulan ini pergerakan harga mulai melambat karena meningkatnya keraguan akan terjadinya pemulihan ekonomi di akhir tahun.
Pialang juga mengharapkan volatilitas untuk memperbaiki situasi dalam beberapa bulan mendatang karena banyak investor akan liburan musim panas.
"Juli dan Agustus biasanya merupakan bulan-bulan di mana perdagangan 'mematikan'," kata Kornafel. "Saya kira sekarang kita terjebak dalam kisaran harga antara pertengahan US$60-an dan US$70," lanjut Kornafel.
Sejarah Awal Tarekat dan Nama Aliran Tarekat
1 month ago