Investasi di pasar saham memerlukan kejelian. Saat pasar ambruk, investor bisa melakukan sejumlah alternatif. Sedikitnya ada tiga hal yang bisa dilakukan.
Menurut Presiden Direktur PT Fortis Invesments Eko Pratomo dalam paparannya, Selasa 31 Maret 2009 lalu, ketiga hal itu adalah menahan investasi, menambah, atau menjual kembali saham yang dimiliki.
Untuk pilihan pertama, yakni menahan atau tidak menjual saham atau reksa dana yang sudah dimiliki, kata Eko, bisa dilakukan atas dasar pasar saham akan selalu bergejolak. Meski tetap ada keraguan tentang seberapa lama kondisi seperti ini akan bertahan, namun mereka yang memiliki horison (jangka waktu) investasi yang cukup panjang masih tetap percaya bahwa pada saatnya nanti pasar akan kembali membaik.
Pilihan untuk bertahan juga didasarkan pada upaya menghindari adanya realisasi kerugian dengan harapan akan adanya perbaikan kondisi pasar. Mereka yang bertahan menyadari, tujuan investasi di saham adalah untuk jangka panjang sehingga tetap mampu bersabar menunggu perbaikan kondisi ekonomi global dan kondisi pasar.
"Kesabaran dalam bertahan merupakan hal yang sangat diperlukan dalam berinvestasi di pasar saham dan menjadi salah satu kunci sukses berinvestasi," katanya.
Pilihan kedua, yakni membeli atau menambah investasi di saham atau reksa dana. Investor yang mengambil pilihan kedua inii percaya penurunan yang terjadi bersifat sementara dan tetap menganggap pasar saham sebagai investasi yang menarik untuk jangka panjang.
Koreksi dan penurunan harga-harga yang terjadi justru menjadi kesempatan untuk membeli saham atau reksa dana saham pada harga yang lebih murah. Investor juga melihat potensi hasil investasi yang lebih menarik jika pasar kembali membaik. Bagi investor yang telah memiliki strategi alokasi aset, penurunan harga-harga saham akan dimanfaatkan oleh investor untuk menambah investasinya sesuai strategi set alokasi yang sudah ditetapkan. Hal ini sering disebut dengan proses rebalancing portofolio.
Pilihan ketiga, menjual kembali saham atau reksa dana yang dimiliki. Upaya ini biasanya dilakukan investor untuk menghindari kerugian yang lebih besar lagi. Kebanyakan investor menyadari profit risiko sudah tidak sesuai dan berusaha untuk timing the market. Biasanya implikasi atau penjualan saham atau reksa dana ini adalah investor merealisasikan kerugiannya, melakukan switching ke instrumen lain, dan kehilangan kesempatan jika pasar kembali naik sebelum sempat membeli.