Yogyakarta (ANTARA News) - Pemerintah diminta lebih arif menyikapi kenaikan harga minyak di pasaran dunia, tidak langsung menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri, karena dikhawatirkan akan berdampak pada semakin bertambahnya jumlah pengangguran.
"Kondisi industri dan perdagangan belum sepenuhnya pulih akibat kenaikan harga bahan baku. Jika ditambah dengan kenaikan harga BBM, dapat dipastikan pengusaha tidak mampu bertahan sehingga banyak buruh kehilangan pekerjaan," kata Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Daerah Istimewa Yogyakarta, Sukamto, Selasa.
Menurut dia, selama ini pemerintah telah memberlakukan sendiri harga BBM untuk industri dengan harga yang lebih mahal dari harga umum. Karena itu beban yang sudah cukup berat ini jangan ditambah lagi dengan menaikkan harga BBM.
"Jika pemerintah menaikkan kembali harga BBM, maka bisa menjadi tanda awal kebangkrutan dunia industri terutama untuk skala menengah dan kecil," katanya.
Ia mengatakan, saat ini daya beli masyarakat sudah rendah dan ini berdampak pada sektor industri dan perdagangan.
"Dampak ini sudah dirasakan pusat perdagangan yang sepi pengunjung. Kalau nanti harga BBM dinaikkan maka dipastikan harga semua komoditi ikut naik sehingga daya beli masyarakat semakin terpuruk," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, yang akan mendapat pukulan paling telak adalah kalangan buruh karena mereka akan menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat pengurangan karyawan maupun perusahaan berhenti beroperasi.
"Jika ini terjadi maka ledakan pengangguran tidak terelakkan lagi karena buruh atau pekerja tidak akan mendapat lapangan pekerjaan," katanya.
Sukamto mencontohkan, di dunia jasa kontraktor saat ini kondisinya juga sedang tidak bagus akibat adanya kenaikan harga besi dan semen.
"Bisa dibayangkan harga besi saat ini mencapai Rp14.000 per kg, padahal saat tender harga masih Rp7.000 per kg. Ini menyebabkan banyak jasa kontraktor yang terpuruk," katanya.
Kondisi ini akan semakin parah jika nanti harga BBM naik karena kebutuhan untuk operasional maupun transportasi akan ikut naik. Industri apapun tidak dapat lepas dari dampak kenaikan BBM.(*)
"Kondisi industri dan perdagangan belum sepenuhnya pulih akibat kenaikan harga bahan baku. Jika ditambah dengan kenaikan harga BBM, dapat dipastikan pengusaha tidak mampu bertahan sehingga banyak buruh kehilangan pekerjaan," kata Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Daerah Istimewa Yogyakarta, Sukamto, Selasa.
Menurut dia, selama ini pemerintah telah memberlakukan sendiri harga BBM untuk industri dengan harga yang lebih mahal dari harga umum. Karena itu beban yang sudah cukup berat ini jangan ditambah lagi dengan menaikkan harga BBM.
"Jika pemerintah menaikkan kembali harga BBM, maka bisa menjadi tanda awal kebangkrutan dunia industri terutama untuk skala menengah dan kecil," katanya.
Ia mengatakan, saat ini daya beli masyarakat sudah rendah dan ini berdampak pada sektor industri dan perdagangan.
"Dampak ini sudah dirasakan pusat perdagangan yang sepi pengunjung. Kalau nanti harga BBM dinaikkan maka dipastikan harga semua komoditi ikut naik sehingga daya beli masyarakat semakin terpuruk," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, yang akan mendapat pukulan paling telak adalah kalangan buruh karena mereka akan menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat pengurangan karyawan maupun perusahaan berhenti beroperasi.
"Jika ini terjadi maka ledakan pengangguran tidak terelakkan lagi karena buruh atau pekerja tidak akan mendapat lapangan pekerjaan," katanya.
Sukamto mencontohkan, di dunia jasa kontraktor saat ini kondisinya juga sedang tidak bagus akibat adanya kenaikan harga besi dan semen.
"Bisa dibayangkan harga besi saat ini mencapai Rp14.000 per kg, padahal saat tender harga masih Rp7.000 per kg. Ini menyebabkan banyak jasa kontraktor yang terpuruk," katanya.
Kondisi ini akan semakin parah jika nanti harga BBM naik karena kebutuhan untuk operasional maupun transportasi akan ikut naik. Industri apapun tidak dapat lepas dari dampak kenaikan BBM.(*)